“Saya sudah jadi kader sejak 2017,” kata Febrianti Raga atau yang kerap disapa Febri. Gadis muda berkerudung itu salah satu kader kampung paling senior di Distrik Pariwara, distrik tempat Kampung Tanama berada.
Kampung Tanama berada tidak jauh dari pusat kota Fakfak, Papua Barat. Dia ada di jalur bandara, di pesisir teluk. Kantor kampung bahkan berada di ketinggian, menghadap ke laut. Kampung Tanama dihuni 328 kepala keluarga dengan total 1423 jiwa penduduk yang dibagi ke dalam 6 RT.
Keseluruhan penduduk itu telah tercatat dalam data kependudukan yang dilakukan oleh aparat kampung dibantu oleh Kader Pendamping Masyarakat Kampung (KPMK). Setiap kampung dalam Distrik Pariwara punya dua kader. Di Tanama ada Febri dan satu lagi perempuan berdarah NTT, Sakni Santa Ana Falden. Sakni baru menjadi kader kampung di awal tahun 2021 menggantikan kader kampung sebelumnya yang mengundurkan diri.
“Waktu itu saya ikut pelatihan kader di Sorong,” kata Sakni. Pelatihan kader yang dimaksudnya adalah pelatihan kader kampung yang diadakan oleh tim Landasan KOMPAK-BaKTI di awal tahun 2021. Pelatihan yang diadakan itu dimaksudkan untuk melatih para kader kampung melakukan pendataan dan penginputan data ke dalam aplikasi SAIK+.
Aplikasi SAIK+ ini adalah aplikasi yang yang digunakan dalam program PROSPPEK. Dengan aplikasi SAIK+, data kampung menjadi sangat spesifik. Prosesnya dimulai dengan pendataan manual setiap warga dari rumah ke rumah yang dilakukan oleh para kader. Data manual itu kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi SAIK+ oleh para kader, dan data itulah yang kelak akan digunakan dalam proses perencanaan kampung.
Data SAIK+ yang dikumpulkan dari pintu ke pintu itu memang berisi data yang spesifik dan riil. Datanya bukan cuma berupa nama, alamat, atau nomor induk kependudukan, tapi sampai ke data spesifik seperti kondisi rumah, air bersih, sanitasi, dan sebagainya. Benar-benar data yang spesifik dan bisa digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan.
“Data itu sangat membantu kita, aparat kampung,” kata Muhammad Ali Rumoning, Sekretaris Kampung Tanama. “Kemarin waktu kita mau menyalurkan bantuan COVID-19, kita pakai itu data SAIK+. Kita bisa tahu betul berapa jumlah warga di kampung ini dan bagaimana kondisi mereka,” sambungnya lagi.
Selesai mendata, para kader ini ternyata tidak berhenti sampai di situ. Mereka ingin belajar lebih jauh, tidak sekadar mendata dan menginput data, tapi bagaimana melakukan analisis data. Meski ini bukan kewajiban mereka, tapi rasa ingin tahu membuat kader kampung ini ingin belajar.
Awalnya memang adalah inisiatif dari Koordinator Kabupaten (Korkab) dan Koordinator Distrik (Kordis) Landasan Kabupaten Fakfak. Wilson Tulle, Korkab Landasan Fakfak dan Ibu Listiati Kordis Pariwari mendorong para kader distrik Pariwari untuk berjejaring. Mereka berkumpul di grup WhatsApp yang fungsi utamanya adalah berbagi informasi antar kader kampung di Distrik Pariwara. Dari grup itulah kemudian muncul usulan untuk belajar lebih lanjut tentang analisis data.
“Mereka semangat sekali mau belajar, jadi kita coba fasilitasi. Kita minta pak Ryan untuk ikut bantu,” kata Ibu Listianti, kordis Pariwari. Ryan yang dimaksud adalah Ryan Hatuala, salah satu staf monitoring dan evaluasi program Landasan. Ryan memang kerap membantu urusan analisis data di program Landasan.
Usulan itu bersambut. Ryan dengan senang hati membantu meningkatkan kapasitas kader Distrik Pariwari yang punya rasa ingin tahu yang besar itu. Karena perbedaan jarak Fakfak dan Jayapura tempat Ryan berdiam, maka pelatihan digelar secara daring menggunakan aplikasi Zoom. Pelatihan itu digelar secara berkala dalam beberapa pertemuan.
“Saya lupa totalnya berapa, tapi yang saya ingat bulan Agustus kemarin pelatihan sempat dilakukan selama seminggu penuh,” kata Ryan. Dalam pelatihan itu, para kader dilatih untuk melakukan analisis data sederhana dengan menggunakan Microsoft Excel. Salah satunya adalah menggunakan fungsi pivot tabel.
Pelatihan analisis data itu sebenarnya bukan tanggung jawab para kader. Tanggung jawab utama mereka hanya berhenti di penginputan data ke dalam aplikasi SAIK+, tapi rasa ingin tahu dan keinginan belajar itu membuat mereka bersemangat. Mereka tidak merasa cukup berhenti sampai di pendataan saja, tapi ingin tahu juga bagaimana proses analisis data agar data-data itu benar-benar bisa dimanfaatkan.
Febri, Sakni, dan puluhan kader kampung lain di Distrik Pariwari, Fakfak ini telah menunjukkan bagaimana pentingnya data. Mereka telah melewati beragam fase yang penuh dinamika. Dari penolakan saat pendataan hingga proses penginputan data. Mereka bahkan tidak mau berhenti sampai di situ, karena mereka terus mencoba belajar lebih jauh bagaimana menganalisis data yang telah mereka kumpulkan.
Begitulah cara kader Kampung Tanama dan Distrik Pariwari itu bekerja. Hasil kerja mereka pun bisa dirasakan oleh para aparat kampung dan aparat pemerintahan lainnya. Semua tentu demi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.
Komentar